Hanya yang “Benar-benar” Petani yang Bakal Bertahan

Jumat, 24 Agustus 2012 | 01:00 WIB
Petani tembakau terpaksa membongkar pengebalan yang salah, baru-baru ini. (Foto: Pujianto)

REMBANG, mataairradio.net – Kesan sulit, berbelit, dan ribet yang ada dibenak sebagian petani tembakau di Kabupaten Rembang diprediksi bakal meruntuhkan semangat beberapa petani untuk tetap mengembangkan tanaman perkebunan itu.

Pernyataan itu diungkapkan Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dintanhut) Kabupaten Rembang, Yosopat Susilo Hadi, kepada mataairradio.net, Jumat (24/8).

Menurutnya, ada sebagian petani yang baru mengembangkan tanaman tembakau pada tahun ini, namun cenderung tidak mematuhi aturan “main” dalam penanganan komoditas bahan baku rokok itu.

Akibatnya, kata dia, mereka seolah merasa dipersulit dan ribet kala dihadapkan pada seleksi “grade” tembakau yang ketat dan proses perajangan serta pengepakan yang harus tepat.

“Padahal, jika mereka menaati, mengikuti petunjuk, serta hadir dalam setiap pertemuan yang digelar pendamping dari perusahaan mitra, kendala-kendala seperti itu sudah akan bisa mereka hadapi,” tandasnya.

“Karena merasa bertani tembakau sebagai upaya yang sulit, maka petani-petani yang mengembangkan tembakau hanya tergiur hasil namun tak menghargai proses penanganannya, kemungkinan akan berpindah ke komoditas lain. Hanya yang ‘benar-benar’ petani yang bakal bertahan,” sambungnya.

Seperti diketahui, sebagian petani tembakau di Kabupaten Rembang telah melakukan petik perdana dan kedua. Namun, sebagian petani mengeluhkan rendahnya harga yang diberikan serta penyeleksian daun tembakau oleh perusahaan mitra.

Perusahaan mitra petani tembakau, PT Sadana Arifnusa, berdalih, harga daun tembakau sudah ditentukan sesuai dengan klasifikasinya. Pihak Sadana mengklaim tidak ada niat mempersulit petani.

Pada 2012, jumlah luasan lahan tembakau tak kurang dari seribu hektare. Jumlah petani yang mengembangkan komoditas itu mencapai 1.500 orang.

Padahal, tahun lalu, jumlah petani yang mengembangkan tembakau marem hanya 200 orang. Jika semua petani yang tahun lalu mengembangkan tembakau, juga mengembangkannya di tahun ini, berarti ada 1.200 petani tembakau baru.

Susilo mengemukakan, memang tidak semua petani di Kabupaten Rembang harus mengembangkan tembakau. Hanya, tembakau merupakan salah satu tanaman yang cocok dikembangkan setelah musim tanam kedua.

“Kami berharap petani bisa menjadikan setiap kesalahan baik dalam proses pemeliharaan, perajangan, dan pengemasan, bisa dijadikan pelajaran. Kalau pun hendak berpindah ke komoditas lain, silakan asal hasilnya diyakini lebih baik,” katanya. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan