KOTA – Wakil Rais Am PBNU KH A Mustofa Bisri berharap Nahdlatul Ulama tidak menjadi gajah kertas alias organisasi yang kelihatan besar tetapi untuk kebanggaan saja.
Menurut Gus Mus, sapaan akrab KH A Mustofa Bisri saat memberikan tausiyah di acara peresmian gedung baru NU Cabang Rembang, Senin (4/6), Nahdlatul Ulama merupakan organisasi massa Islam terbesar tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia.
“Jika benar hasil survei-survei itu, bahwa NU kini memiliki 60 juta jamaah, tentu ini jumlah yang besar. Jumlah ini hampir tiga kali lipat umat Islam di Arab Saudi,” terang dia.
Namun, banyaknya jumlah jamaah NU tersebut, kata dia, hendaknya diikuti dengan khidmat kepada masyarakat. “Dengan jumlah itu, NU masih diminati atau tidak oleh masyarakat. Karena itu, kita harus menata diri. Jangan hanya bergerak dalam jamaah (orang-orang), tetapi jam’iyahnya (organisasi secara kolektif) juga harus berjalan,” tandas Gus Mus.
Menurut Gus Mus, NU tidak bisa hanya secara terus menerus membanggakan tokoh-tokohnya, sementara jam’iyah tidak kelihatan perannya. “Karena itu mari kita tengok gagasan awal para pendiri NU. Mereka menginginkan kita bergerak tidak hanya dengan jamaah, tetapi juga dengan jam’iyahnya,” kata dia.
Ia menyebutkan, jamaah NU mestinya tidak terlalu berbangga diri memiliki tokoh-tokoh besar seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Said Agil Siradj, tetapi NU-nya justru tak kelihatan.
“(Hanya membanggakan tokoh-tokoh) itu bukan sesuatu yang membanggakan, tetapi menyedihkan. Sebab, NU yang mencetak sosok Gus Dur dan Said Agil. Hal seperti itu akan terjadi (lagi) apabila kita (bergerak) sebagai jam’iyah bukan sekadar jamaah. Membanggakan tokoh ,” tandasnya.
Oleh karena itu, pungkas Gus Mus, tidak ada salahnya kalau jajaran NU masa kini kembali menilik otokritik terhadap NU dan ulama yang disampaikan KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU.
“Kalau orang yang berilmu namun tidak mempunyai manfaat, maka di masyarakat, apa bedanya dengan orang yang bodoh. Kalau seseorang tidak bermanfaat bagi orang lain, itu ibarat duri di antara bunga-bunga mawar,” ujar Gus Mus membeberkan arti dari sepenggal syair karya KH Hasyim Asy’ari. (Puji)
Tinggalkan Balasan