Petani Bandeng Panen Dini

Jumat, 10 Februari 2012 | 06:47 WIB


KALIORI – Sejumlah petani tambak bandeng di Kabupaten Rembang memilih panen dini menyusul curah hujan yang turun tak merata seminggu terakhir sehingga pasokan air hujan yang rendah membuat tingkat salinitas (kadar garam) di areal tambak meningkat.

Menurut seorang petani tambak di Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori, Ahmad, jika kadar salinitas air tinggi, maka bisa menjadikan udang mudah stres dan rawan mati.

“Tingginya kadar salinitas ini juga membuat perkembangan ikan bandeng menjadi kurang maksimal,” kata dia.

Melihat keadaan seperti ini, kata dia, sebagian lainnya memilih memanen dini udang atau bandengnya mumpung harga saat ini terhitung tinggi.

Petani tambak di Kabupaten Rembang umumnya membudidayakan ikan bandeng secara tradisional saat musim hujan, di lahan tambak yang sama untuk memproduksi garam saat musim kemarau. Petani tambak di Kecamatan Kaliori terhitung paling lambat menebar benih karena hujan terlambat turun di wilayah itu.

Petani tambak lainnya, Sanyoto mengatakan, air hujan berperan penting untuk menurunkan kadar garam di lahan tambak sehingga menjadi payau. “Petani di wilayah kami banyak yang membudidayakan ikan bandeng dan udang secara polikultur di lahan yang sama,” kata dia.

Ia menyebutkan pada lahan seluas satu hektare miliknya, ditebar sebanyak 10 ribu ekor benih udang windu, 55 ribu ekor benih udang vaname, dan 3 ribu ekor benih ikan bandeng.

“Udang vaname terhitung yang paling tidak tahan dengan meningkatnya tingginya kadar garam di lahan tambak,” kata dia.

Jika dalam seminggu ke depan curah hujan tak juga meningkat, kata dia, dipastikan petani akan mengalami kerugian. Terlebih ketinggian air di banyak tambak di wilayah itu mulai menurun. Sebagian bahkan mulai mengering.

“Untuk menyedot air dari laut juga tak memungkinkan. Petani tambak berharap hujan segera turun,” kata dia. (Puji)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan