Warga Binangun Minta Rangka Penutur Austronesia Dikembalikan

Sabtu, 23 Agustus 2014 | 19:04 WIB

LASEM, MataAirRadio.net – Warga Desa Binangun Kecamatan Lasem meminta agar rangka manusia penutur bahasa Austronesia yang dibawa oleh Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta dikembalikan. Permintaan itu diharapkan bisa dipenuhi setelah Balar menyelesaikan konservasi terhadap rangka tersebut.

Warga berencana memajang rangka peninggalan zaman pra-sejarah ini di Pantai Binangun atau di kompleks penemuan pertama situs tersebut. Mereka tak mau hanya diberikan duplikatnya oleh Balar, karena menganggap kurang menarik masyarakat. Apalagi pihak desa berencana menjadikannya objek wisata.

Kepala Desa Binangun Edi Purwoko mengaku siap menjaga keamanan situs purbakala tersebut. Dia mengakui, kasus perusakan kotak kaca berikut situs rangka manusia Austronesia yang sebelumnya juga pernah ditemukan di Pantai Binangun, sebagai pelajaran karena ketidaktahuan masyarakat.

Seperti diketahui, di Pantai Binangun, sudah dua rangka manusia yang diyakini sebagai nenek moyang penduduk Pulau Jawa, ditemukan. Masing-masing di tahun 2010 dan 16 Agustus 2014 kemarin. Balar sempat membuatkan kotak kaca dan menyimpan rangka temuan 2010 di lokasi Pantai Binangun. Namun oknum warga merusaknya.

Sementara satu rangka lainnya, setelah diekskavasi, Balai Arkeologi membawanya ke Yogyakarta. Balar berdalih tulang rangka merapuh sehingga perlu dikonservasi terlebih dahulu sebelum dipajang. Rangka yang tidak utuh karena bagian pinggul ke bawahnya telah hilang itu, juga perlu direkatkan.

Ketua Tim Peneliti Situs Binangun dari Balar Gunadi Kasnowihardjo mengaku siap mengembalikan rangka tersebut kepada warga melalui Pemkab, apabila konservasi, jaminan keamanan, serta pengelolaannya dianggap bisa dipertanggungjawabkan secara akademis, pariwisata, dan pelestarian.

Camat Lasem Kukuh Purwasana mengaku sudah melaporkan kegiatan ekskavasi dan beberapa kemungkinan terkait pengelolaan situs rangka manusia itu ke Dinas Kebudayaan. Menurutnya tidak ada standar terkait pengelolaan ideal situs rangka manusia Austronesia tersebut.

Dia mengaku memahami semangat Balar bahwa pengelolaan situs purbakala tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuwan, pariwisata, dan pelestarian peninggalan sejarah. Untuk sementara ini, pihaknya sedang berembug dengan desa untuk program penyelamatan Pantai Binangun dari abrasi. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan