Aksi Balas Dendam Pribadi Saat Festival “Thong-Thong Lek” Diwaspadai

Kamis, 9 Agustus 2012 | 06:22 WIB
Temu teknik festival “Thong-Thong Lek” di kompleks Sanggar Budaya Rembang, Kamis (9/8). (Foto: Pujianto)

KOTA – Panitia Festival “Thong-Thong Lek” 2012 mengaku mewaspadai aksi orang-orang tak bertanggung jawab yang ingin menjadikan festival tahunan itu sebagai ajang untuk melakukan balas dendam pribadi.

“Kami tidak ingin ricuh antara kelompok remaja saat festival ‘thong-thong lek’ pada tahun lalu terulang. Kami akan berupaya mengantisipasi terulangnya kejadian serupa pada tahun ini,” terang Wakil Ketua Panitia Festival “Thong-Thong Lek” 2012 Kabupaten Rembang, Muhtar Edy Sucipto, seusai menggelar temu teknik dengan perwakilan kelompok-kelompok peserta festival di kompleks Sanggar Budaya Rembang, Kamis (9/8).

Seperti diketahui, dua kelompok remaja dari Desa Waru Kecamatan Rembang dan Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori terlibat ricuh, menjelang dimulainya festival “thong-thong lek” pada tahun lalu. Bahkan, sepanjang pelaksanaan festival, tercatat sejumlah insiden kecil baik kericuhan antarpenonton maupun penonton dengan kelompok peserta festival.

Apalagi, yang tergres, pada Selasa (7/8) lalu, dua kelompok remaja di Desa Menoro dan Desa Kedungringin Kecamatan Sedan pun terlibat perselisihan gara-gara “thong-thong lek”. Bukan tidak mungkin, perselisihan itu akan dibawa ke arena festival, meski kedua desa itu tidak unjuk sebagai kelompok peserta.

“Untuk mengantisipasinya, kami telah menyampaikan permohonan penambahan jumlah personel pengamanan dari unsur kepolisian maupun TNI. Pengamanan akan dilakukan secara terbuka maupun tertutup,” kata Edy.

Pihaknya pun mengimbau agar setiap peserta mematuhi ketentuan dan tata tertib. “Ketentuan itu misalnya soal jumlah orang dalam rombongan. Panitia hanya mengizinkan setiap kelompok terdiri atas 25 orang penabuh “thong-thong lek” dan 10 orang petugas pengamanan dari kelompok itu sendiri,” katanya.

Setiap kelompok peserta festival “thong-thong lek” tradisional, kata dia menambahkan, bahkan dilarang memuat peralatan dan rombongannya dengan menggunakan truk trailer.

“Cukup dengan truk diesel (engkel). Sebab kalau dibuat terlalu lebar, berpotensi menimbulkan gangguan. Jika pun lebar kendaraan menjadi bertambah lantaran tumpukan “sound system” tidak boleh lebih dari 30 centimeter kanan dan 30 centimeter kiri,” tandasnya.

Festival “thong-thong lek” 2012 akan diikuti oleh 9 kelompok tradisional dan 16 kelompok modern. Panitia hanya melombakan kelompok tradisional. Kelompok modern sebagai penggembira saja.

Pentas secara keliling akan digelar pada 14 Agustus 2012 dengan menempuh rute sebagaimana yang ditentukan, sedangkan babak final akan digelar pada 15 Agustus 2012.

Panitia hanya akan memilih enam dari sembilan kelompok peserta “thong-thong lek” tradisional untuk berlaga di babak final. Mereka akan memperebutkan hadiah uang pembinaan masing-masing Rp1,5 juta untuk juara pertama, Rp1,25 juta untuk juara kedua, dan satu juta rupiah untuk juara ketiga.

Sementara, juara harapan satu, dua, dan tiga, panitia akan memberikan uang pembinaan masing-masing Rp500.000. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan