Rembang Mulai Berburu Energi Pengganti Elpiji

Jumat, 5 September 2014 | 15:34 WIB
Gambar kubah reaktor biogas.

Gambar reaktor biogas tipe kubah.


SULANG, MataAirRadio.net –
Pemkab Rembang mengaku mulai berburu energi pengganti elpiji setelah energi fosil disebut mulai menipis. Energi alternatif dikembangkan di antaranya melalui pemanfaatan biogas dari kotoran ternak.

Kepala Bidang Migas dan Energi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Rembang Imam Teguh Susatyo mengatakan, saat ini baru biogas dari ternak sapi yang sedang dioptimalkan. Selain sapi, kotoran ayam, burung, bahkan babi sekalipun, bisa dimanfaatkan untuk biogas.

Dia menyebutkan, cara memanfaatkan kotoran ternak untuk pengganti elpiji, cukup dengan memasukkan secara rutin satu ember kotoran dan satu ember air ke dalam digester. Namun dia mengakui, kemalasan peternak untuk memanfaatkannya, menjadi tantangan pengembangan biogas.

Tahun 2013 lalu, Bidang Migas sudah mengembangkan 23 unit instalasi pemanfaatan biogas kotoran sapi. Instalasi ini tersebar di sejumlah kecamatan. Dia mengaku akan kembali mengembangkan instalasi biogas di tiga desa pada 2014, yakni Landoh dan Bogorame Kecamatan Sulang dan Turusgede Rembang.

Namun pengembangan biogas ini masih dilakukan terbatas atau hanya di enam rumah tangga alias dua keluarga di setiap desa tersebut. Pendekatan rumah tangga ini dipilih berdasarkan kepemilikan ternak di keluarga yang bersangkutan. Menurutnya, ketersediaan ternak ini penting, agar biogas tak mangkrak.

Pihaknya mengklaim akan melanjutkan pengembangan biogas pada tahun depan. Pengembangannya tidak lagi terbatas pada kotoran ternak, tetapi mulai merambah ke biogas dari limbah tahu di Kecamatan Pancur. Hingga Jumat (5/9) ini, usulan biogas limbah tahu masih digodok oleh provinsi.

Kepala Desa Bogorame Budi Lestariyono membenarkan, dua rumah tangga di desanya mendapatkan bantuan instalasi biogas dari Pemerintah. Saat ini baru tahap sosialisasi dan akan dikerjakan pertengahan September. Dia mengaku tak tahu nilai anggarannya, namun dari perangkat yang akan dipasang, biayanya sekitar Rp10 juta.

Menurutnya, energi alternatif memang perlu dikembangkan. Namun, pada kasus biogas, warga sulit diyakinkan untuk memasang mandiri, karena tekniknya rumit dan berbiaya mahal di awal. Hanya saja dia mengakui, dengan investasi Rp10 juta, instalasi biogas bisa bertahan hingga 20 tahun. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan