![]() |
Situs Perahu Kuno di Sungai Babagan, turut Desa Dasun, Kecamatan Lasem. (Foto: Pujianto) |
LASEM, mataairradio.net – Tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, dan mahasiswa Jurusan Arkeologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, memilih menghentikan penyisiran sepanjang alur Sungai Babagan dan membawa sampel potongan kayu perahu kuno yang ditemukan di sungai itu, tepatnya di turut Desa Dasun pada November 2011 silam, untuk diteliti di laboratorium.
Ketua Tim Peneliti dari BP3 Jawa Tengah, Riris Purbasari saat dihubungi melalui layanan pesan singkat, Kamis (6/9), mengatakan, selama melakukan penyisiran sejak 2 September 2012, pihaknya merasa data terkait situs perahu kuno yang terpendam di alur Sungai Babagan, sudah terpenuhi.
“Data terkait terdeteksinya empat situs perahu kuno, selain satu situs perahu kuno yang ditemukan di Sungai Babagan wilayah Desa Dasun, kami rasa cukup. Data lain yang kami juga perlukan sudah terpenuhi, sehingga penyisiran Sungai Babagan kami hentikan,” kata dia.
Riris menjelaskan, pihaknya merasa perlu membawa sampel potongan kayu perahu kuno untuk diteliti di Laboratorium Arkeologi di Yogyakarta untuk menguak lebih detil kesejarahannya.
“Asal usul dan kapan perahu kuno itu dibuat tidak bisa diketahui dan ditentukan begitu saja tanpa melewati proses pengujian di laboratorium. Karena itu, kami membawa sampel perahu kuno yang terlebih dahulu ditemukan di Dasun itu,” terangnya.
Pihaknya tidak bisa memastikan kapan hasil atas proses pengujian itu bisa diketahui. Apalagi, upaya membandingkannya dengan temuan situs perahu kuno serupa dari daerah lain di Indonesia, pun diperlukan.
Riris juga mengatakan, selain membawa contoh potongan kayu pada situs perahu kuno di Dasun itu, pihaknya tertarik pula membawa sampel pecahan keramik yang ditemukannya banyak tercecer di kawasan Pantai Caruban.
“Siapa tahu pecahan keramik yang kami bawa serta ini berkaitan erat dengan situs-situs perahu kuno di sepanjang Sungai Babagan. Atas penyisiran sejak 2 September 2012 kemarin, kami berterima kasih kepada Forum Komunikasi Masyarakat (Fokmas) Lasem atas kesediaannya mendampingi,” tandas Riris.
Pegiat dari Fokmas Lasem, Ernantoro berharap hasil penelitian tim tersebut bisa segera ia terima hasilnya. “Publikasi atas penelitian ini penting bagi kami yang sedang giat mengampanyekan Lasem sebagai Kota Budaya dan Pusaka,” kata dia.
Ia pun mengungkapkan, pascapenelitian kali ini, sejumlah peneliti dari Universitas Indonesia pun direncanakan bakal turun ke Lasem. “Topik dan fokus penelitiannya belum kami ketahui,” pungkasnya. (Pujianto)
Tinggalkan Balasan