REMBANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang menyiapkan empat model penanganan abrasi di sepanjang 65 kilometer garis pantai kabupaten itu, namun penerapannya akan disesuaikan dengan karakteristik wilayah pantai masing-masing.
“Kami telah siapkan empat model penanganan abrasi di kabupaten ini. Untuk penerapannya akan kami sesuaikan dengan karakteristik wilayah pantai terdampak abrasi di masing-masing daerah,” kata Kepala BPBD Kabupaten Rembang, Suharso, Senin (27/2).
Empat model penanganan abrasi di Kabupaten Rembang, kata Suharso, akan dilakukan antara lain dengan pembangunan tembok konstruksi pelindung pantai atau “grow in” dan bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai atau “jetty”.
Selain itu, kata dia, penanganan abrasi juga akan dilakukan dengan membangun pemecah gelombang atau “break water” dan dinding laut atau “sea wall”.
“Namun, sebelum menerapkan salah satu atau model mana yang sesuai, kami akan lakukan kajian. Dalam waktu yang tidak lama, kami akan berkunjung ke Kabupaten Tegal untuk mempelajari penerapan “grow in” untuk penanganan abrasi pantai di daerah itu,” kata dia.
Sebab, lanjut Suharso, saat ini, Kabupaten Tegal sedang melakukan penanganan abrasi pantai sepanjang 6,5 kilometer dengan anggaran sebesar Rp13,7 miliar dengan model “grow in”.
“Masterplan penanganan abrasi secara utuh sedang dalam penyelesaian. Master plan tersebut akan menjadi dasar rekomendasi penanganan abrasi pantai di kabupaten ini,” kata dia.
Ia menjelaskan, penanganan abrasi pantai dengan model “grow in” mungkin saja diterapkan untuk menahan perpindahan pasir secara horisontal dengan memasang tembok konstruksi secara tegak lurus dengan pantai.
Adapun model “sea wall” akan diterapkan untuk mengembalikan ombak atau memuntahkan kembali gempuran gelombang. Sementara “break water” akan dipakai untuk memecah ombak sebelum sampai ke garis pantai paling tepi dan “jetty” akan diterapkan untuk melindungi kedua sisi terdekat dari muara sungai, kata dia.
“Namun, sejauh ini, rencana penanganan abrasi pantai masih berkisar pada penggunaan model ‘breakwater’ dan ‘seawall’, sedangkan model ‘grow in’ dan ‘jetty’ masih dalam kajian lebih lanjut,” kata dia.
Suharso mengemukakan, model “breakwater” akan diterapkan pada garis pantai sepanjang Mojowarno, Tasikharjo, Purworejo, hingga Banyudono, Kecamatan Kaliori.
Model serupa, kata dia, juga bakal diterapkan untuk menyelamatkan pantai sepanjang Bonang Kecamatan Lasem, Leran, Trahan, Jatisari, dan Blimbing Kecamatan Sluke, Plawangan, Karangharjo, Karanganyar, dan Kebloran Kecamatan Kragan, serta Karangmangu dan Temperak Kecamatan Saranga, dari abrasi.
“Untuk abrasi pantai sepanjang Gegunung Kulon hingga Kabongan Lor Kecamatan Kota Rembang, direncanakan ditangani dengan membangun ‘sea wall’. Namun, model itu masih mungkin berubah setelah kami belajar ‘grow in’ ke Tegal,” kata dia.
Suharso mengatakan, penanganan abrasi di sepanjang garis pantai tersebut diperkirakan bakal menelan anggaran lebih dari Rp100 miliar. “Tentu saja, anggaran sebesar itu tidak bisa ditanggung seluruhnya oleh pemkab setempat, sehingga memerlukan kucuran bantuan dari Pemerintah Pusat,” kata dia. (Puji)
Tinggalkan Balasan