Balar Kembali Temukan Empat Rangka Manusia Austronesia

Selasa, 30 Juli 2013 | 17:07 WIB
delapan rangka tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium Balai Arkeologi di Yogyakarta untuk diteliti lebih lanjut. (Foto:MataAirRadio.net)

delapan rangka tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium Balai Arkeologi di Yogyakarta untuk diteliti lebih lanjut. (Foto:MataAirRadio.net)

SLUKE, MataAirRadio.net – Empat rangka manusia diduga penutur bahasa Austronesia kembali ditemukan di kawasan Pantai Desa Leran Kecamatan Sluke, tak jauh dari tempat penemuan sebelumnya. Temuan tersebut terungkap saat ekskavasi lanjutan Situs Leran oleh tim dari Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang berlangsung dalam tujuh hari terakhir.

Dengan demikian, maka sudah ada delapan rangka manusia Austronesia yang telah ditemukan. Namun, tiga dari empat rangka yang baru ditemukan, tidak utuh karena tidak berkepala. Sementara, empat rangka manusia yang ditemukan sebelumnya telah diamankan di Museum Arkeologi Plawangan Kragan untuk mengindarkannya dari ancaman abrasi.

Ketua Tim Peneliti Situs Austronesia Leran Gunadi Kasnowihardjo mengungkapkan, delapan rangka tersebut selanjutnya akan dibawa ke laboratorium Balai Arkeologi di Yogyakarta untuk diteliti lebih lanjut. Selain rangka, temuan berupa pecahan berbagai bentuk dan ukuran gerabah juga akan turut serta dibawa.

Atas penemuan lanjutan ini pun, tim dari Balar semakin yakin bahwa situs setempat adalah kawasan pemakaman, dan tidak jauh dari lokasi tersebut merupakan sebuah permukiman bangsa Austronesia.

Ekskavasi lanjutan kali ini terbilang berbeda. Selain karena berumur singkat; biasanya 12 hari, tetapi sekarang hanya delapan hari dan akan berakhir 31 Juli 2013, ekskavasi kali ini juga disertai langsung Kepala Balar Yogyarakarta Siswanto.

Kepala Balar bergabung dengan tim peneliti Situs Austronesia Leran sebagai anggota dari Gunadi Kasnowihardjo. Siswanto mengungkapkan bahwa sebenarnya belum ada kesepakatan terkait nama situs tersebut, apakah peninggalan bangsa dan manusia Austronesia atau tidak.

Hanya memang, dari sejumlah indikasi yang ada, mulai dari bentuk gigi yang dipangur model gergaji atau berundak seperti bunga melati, kemudian arah bujur pemakaman manusianya, serta artefak yang ditemukan, memang mengarah ke bangsa Austronesia. Diperlukan upaya penelitian lebih lanjut di laboratorium.

Mengenai besarnya anggaran untuk melakukan ekskavasi, Siswanto menyebutnya relatif. Jika dipandang sekilas, maka kelihatannya murah karena mungkin dilihat hanya dari aktivitas datang dan pergi. Namun juga tidak bisa disebut mahal, karena aktivitas penelitiannya cukup kompleks untuk menyibak tabir sejarah.

Siswanto memastikan, ekskavasi kali ini bukanlah yang terakhir. Masih diperlukan penelitian lanjutan, karena ada sebagian masalah yang belum terjawab, misalnya soal lokasi permukiman dan dimana mereka mencari penghidupan atau bercocok tanam. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan