Petani Tembakau Berlomba Tangkap Air

Jumat, 25 Mei 2012 | 09:07 WIB


SULANG – Sejumlah petani tembakau yang lahannya berada di tepian sepanjang daerah aliran Embung Telogo di Kecamatan Sulang berlomba membuat tangkapan air sungai untuk menyelamatkan tanamannya itu di awal masa pertumbuhan.

Namun lantaran jumlah petani dan lahan pertanian tembakau di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Embung Telogo, Desa Karangasem Kecamatan Bulu dan bermuara di wilayah Karanggeneng itu cukup banyak dan debit di sepanjang aliran yang menyusut drastis, petani yang lahannya berada lumayan jauh dari daerah hulu, tak kebagian air.

“Karena di sepanjang daerah aliran sungai mulai Landoh hingga Kunir saja, jumlah tangkapan air yang dibuat petani, sudah tak kurang dari lima titik, maka petani di daerah aliran setelah Landoh, seperti Bogorame dan Pedak akhirnya tak kebagian,” terang Kepala Desa Bogorame, Budi Lestaryono, Jumat (25/5).

Budi mengatakan, sebenarnya petani di wilayahnya sudah pula menyediakan tangkapan air. Namun, karena daerah hulu terlebih dahulu membuat tangkapan, akhirnya tangkapan air yang petani buat menjadi sia-sia.

“Apalagi, tangkapan air yang telah dibuat di beberapa titik di kawasan hulu itu hampir tidak menyisakan celah agar air bisa mengalir lagi ke daerah aliran di bawahnya. Kalau pun ada, itu juga kecil dan langsung di tangkap daerah di bawahnya,” katanya menegaskan.

Air dari Embung Telogo mengalir mulai Desa Karangasem di Kecamatan Bulu melewati antara lain Desa Kunir, Glebeg, dan Landoh di Kecamatan Sulang.

Di sepanjang daerah aliran embung tersebut, begitu mudah dijumpai ratusan petani tembakau. Di awal masa pertumbuhan, komoditas yang belakangan disebut emas hijau baru petani Rembang itu, membutuhkan cukup air.

“Ya karena tidak kebagian air aliran dari Embung Telogo, para petani tembakau di wilayah kami mulai mengupayakan alternatif memenuhi kebutuhan air untuk menunjang pertumbuhan tembakau,” kata dia.

Disebutkan, alternatif memenuhi kebutuhan air tersebut dilakukan antara lain dengan membeli bertangki-tangki air untuk mengisi embung terpal yang ditempatkan di areal lahan pertanian tembakau.

“Di awal masa pertumbuhan, kualitas pertumbuhan tanaman tembakau yang dikembangkan oleh petani di desa ini lumayan bagus. Daunnya lebar-lebar dan segar. Namun, jika tidak segera disiapkan air dalam jumlah cukup di embung terpal, kami khawatir tidak bisa melakukan pemeliharaan secara intensif,” terang Maslichan, warga Desa Pedak.

Menurut Maslichan, para petani tembakau setempat rela menempuh pilihan untuk membeli bertangki-tangki air, karena dari perhitungan mereka, upaya itu belum akan banyak berpengaruh pada tingkat keuntungan apabila panen nanti berhasil. (Puji)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan