REMBANG, MataAirRadio.net – Sebagian besar petani di Kabupaten Rembang masih ogah mengembangan tanaman hortikultura jenis bawang merah maupun bawang putih. Bahkan khusus untuk bawang putih, petani di kabupaten ini belum pernah sekalipun membudidayakannya lantaran kendala geografis.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Mulyono kepada reporter MataAir Radio, Jumat (15/3) pagi mengatakan, bawang putih hanya cocok dikembangkan di daerah dengan dataran tinggi atau pada ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Sementara, wilayah lahan pertanian 14 kecamatan di Kabupaten Rembang, menurutnya, paling tinggi hanya berada di ketinggian 150 meter di atas permukaan laut. Jika dipaksakan dikembangkan oleh petani, bawang putih tidak akan bisa tumbuh dengan baik serta rentan pada hama dan penyakit.
Sementara itu, hingga triwulan pertama 2013, komoditas bawang merah tercatat belum banyak dikembangkan oleh petani di kabupaten ini. Menurut catatan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, sampai dengan Februari kemarin, luasan tanaman bawang merah di Rembang hanya 18 hektare dan empat hektare di antaranya sudah mulai panen. Sebaran 18 hektare itu masing-masing di Kecamatan Bulu 12 hektare, Sale empat hektare, dan Pamotan dua hektare.
Menurut Mulyono, sebenarnya bawang merah cenderung potensial dikembangkan petani, mengingat media tumbuhnya yang bisa dilakukan di dataran rendah meski memerlukan pasokan air cukup memadai. Namun karena harga bawang merah kerap tidak stabil, maka petani malas kembali menanamnya begitu harga pada panen sebelumnya, jeblok.
Minimnya petani yang mengembangkan tanaman bawang putih dan merah membuat pasokan dua komoditas tersebut menjadi tersendat. Otomatis harga bumbu dapur itu menjadi melambung, bahkan belakangan seperti tak terkendali. Di Rembang, harga bawah putih mencapai Rp60.000 per kilogram, sedangkan harga bawang merah mencapai Rp40.000 per kilogram.
Lonjakan harga ini terpantau membuat sejumlah pemilik warung makan memilih tidak lagi menaburkan bawang goreng di masakannya dengan alasan penyesuaian ongkos produksi dan harga jual. (Pujianto)
Tinggalkan Balasan