KALIORI – Sejumlah petani bandeng di Kecamatan Kaliori mengalami gagal panen lantaran komoditas yang dibudidayakannya tidak berkembang akibat cuaca yang terlalu panas.
Seorang petani bandeng di Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori, Sanyoto, Sabtu (21/4) mengatakan, tersendatnya curah hujan pada saat ikan bandeng sedang dalam masa pertumbuhan membuat ikan tak mampu membesar.
“Jika biasanya bandeng dipanen dalam kisaran satu kilogram isi 5-6 ekor, maka kini, jika pun dipanen paling satu kilogram hanya isi 10-11. Harga bandeng untuk kisaran satu kilogram isi 10-11 juga relatif murah,” katanya.
Ia menyebutkan, harga ikan bandeng untuk kisaran 5-6 ekor per kilogram masih stabil di harga Rp10.000-Rp11.000. Namun, untuk yang kisaran 10-11 ekor per kilogram harganya hanya Rp4.000-Rp5.000.
Petani bandeng, kata Sanyoto, tidak punya banyak pilihan kecuali memanen ikannya kendati kecil-kecil, sebab pada Mei nanti, lahan tambak bandeng bakal segera dialihfungsikan untuk produksi garam.
“Ya terpaksa dipanen, meski harus merugi. Dari 3.000 benih bandeng, saya bakal tidak panen sama sekali. Padahal, untuk keperluan pakan saja, saya telah mengeluarkan ongkos hingga Rp1juta,” katanya.
Bagi mereka yang memilih tidak memanen bandengnya sekarang, imbuh dia, petani mengarahkan bandeng ke ‘caren’ atau saluran air di sekitar tambak agar bisa lebih berkembang.
“Cara itu memungkinkan petani masih bisa panen bandeng ketika musim garam mulai mencapai puncaknya. Hanya, risikonya kalau air laut yang mengalir dari sungai ke saluran tersendat; bandeng rawan mati,” terangnya.
Petani bandeng di Kabupaten Rembang umumnya membeli benih bandeng tokolan atau benih bandeng yang sudah dipelihara hingga satu bulan, yang harganya bisa mencapai Rp70 per ekor.
Sebagian petani memilih merumat ikan bandengnya dengan tambahan pakan, namun sebagian petani lainnya justru membiarkan bandeng hidup dengan memakan kelekap dari dinding atau dasar tambak. (Puji)
Tinggalkan Balasan