Garam Impor Tak Terbendung

Rabu, 2 Mei 2012 | 07:50 WIB


KALIORI – Sejumlah pengusaha garam konsumsi di Kabupaten Rembang mengaku telah menggunakan garam impor sejak akhir Maret lalu seiring pasokan garam lokal yang semakin kritis.

Seorang pengusaha garam konsumsi UD Apel Merah Desa Purworejo, Kecamatan Kaliori, Pupon, Rabu (2/5) mengatakan, garam impor digunakannya untuk memproduksi garam halus.

“Garam impor lebih cocok untuk membuat garam halus, sedangkan untuk briket masih bisa menggunakan garam dari produksi petani lokal,” terang dia.

Menurut dia, garam impor memiliki warna yang lebih putih, teksturnya juga bagus dan utuh, sehingga tidak perlu mencucinya sebelum diproses. “Kalau garam lokal warnanya tidak lebih terang dan hanya cocok untuk garam briket,” kata dia menjelaskan.

Harga garam impor pun, kata dia, hampir sama dengan garam lokal. “Harga garam impor Rp850 per kilogram, hampir sama dengan garam lokal,” kata dia.

Dalam seminggu, lanjut dia, pihaknya memproduksi garam halus sebanyak 25-40 ton dengan menggunakan garam impor. “Kalau produksi garam briket hanya 3-4 ton per minggunya,” kata dia menyebutkan.

Sementara itu, sejumlah petani garam di Kabupaten Rembang telah mulai memproduksi komoditas tersebut. Bahkan, beberapa petani garam di wilayah Dresi Wetan, Kecamatan Kaliori telah panen awal.

“Tetapi karena baru panen pertama dan meja garamnya juga belum keras betul, hasil panennya masih kurang maksimal. Buliran garamnya masih lembut dan harganya masih Rp400 per kilogram,” terang Nyoto, salah seorang petani garam di kecamatan setempat.

Menurut dia, awal produksi garam bagi petani kebanyakan diperkirakan baru akan berlangsung awal juni dan panen pertama akan berlangsung pada pertengahan bulan depan.

“Kalau sekarang sifatnya sporadis. Petani yang sudah lama menganggur daripada tidak ada aktivitas, ya memilih segera mempersiapkan tambak garamnya,” kata dia.

Ia pun berharap, ketika petani garam lokal mulai berproduksi, pemerintah segera menghentikan masuknya garam impor. “Pemerintah harus melindungi para petani garam,” tegasnya. (Puji)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan