Warga Minta Balar Ungkap Situs Berbata Majapahit

Selasa, 13 Oktober 2015 | 16:49 WIB
Situs berbata merah diduga peninggalan kuno di Desa Sendangagung Kecamatan Pamotan. (Foto: Fokmas)

Situs berbata merah diduga peninggalan kuno di Desa Sendangagung Kecamatan Pamotan. (Foto: Fokmas)

 
PAMOTAN, mataairradio.com – Warga Desa Sendangagung Kecamatan Pamotan meminta kepada Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta agar cepat mengungkap situs berbata merah berukuran besar seperti peninggalan Mapahit. Selama ini warga hanya menganggapnya sebagai makam tua.

Wahab, warga sekitar lokasi situs menuturkan, kepedulian atas bangunan itu muncul, setelah beberapa orang dari kelompok pegiat kesejarahan mendatangi areal tersebut. Dalam beberapa hari ini, situs yang terletak di wilayah antara Ketangi dan Sendangagung itu, menjadi pergunjingan.

“Umumnya, warga berharap agar situs itu segera terang, dari zaman mana dan merupakan bangunan apa,” katanya.

Menurut Wahab, karena terletak pada pojok tegalan salah satu warga, situs itu tergolong terawat. Pernah ada warga yang mencoba membawa pulang batu bata dari lokasi, tetapi buru-buru dikembalikan.

“Katanya malam-malam mimpi ditemui ular dan meminta agar batu bata itu dikembalikan ke tempat asalnya,” tuturnya.

Sesepuh Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem Ernantoro menyatakan, sudah sempat mendatangi bangunan berbata merah dengan ukuran besar di Desa Sendangagung Kecamatan Pamotan.

“Meski dianggap makam oleh warga, tetapi menurut kami situs itu belum jelas. Bahkan cenderung bukan makam,” tandasnya.

Tetapi dari segi ukuran batu bata merah, memang lumayan besar, mirip batu bata merah dari peninggalan Kerajaan Majapahit. Ukuran panjang 37 centimeter, lebar 17 centimeter, dan tebal 7 centimeter.

“Hanya saja, masih terlalu dini untuk menyimpulkan situs itu, terutama jika dikaitkan dengan peninggalan Kerajaan Majapahit,” katanya.

Atas desakan warga, dia pun menyatakan sudah menghubungi pihak Balar. Tetapi Balai Arkeologi belum bisa memastikan kapan akan datang di Rembang.

“Kedatangan Balar sangat kami harapkan, sekaligus untuk mengungkap situs temuan rangka manusia di Nyamplung, Sluke,” tandasnya.

Pihak Fokmas Lasem menambahkan, pada lokasi tumpukan batu bata merah di Sendangagung itu, juga ditemukan dua umpak berbahan batu andesit, seperti bahan candi di wilayah selatan Jawa Tengah.

“Saat ini, dua umpak tersebut masih belum dipindahkan dari lokasi setempat,” bebernya.

Sambil menunggu kedatangan Balai Arkeologi, Ernantoro berharap kepada warga agar menjaganya sehingga tidak rusak.

Situs dengan tataran berketinggian 0,5 meter dari tanah itu, tidak ditemui bahan perekat sejenis semen, sekaligus menguatkan adanya hubungan dengan era dahulu.

 

Penulis: Pujianto
Editor: Pujianto




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan