REMBANG, mataairradio.com – Kantor Perpustakaan dan Arsip (Pustasip) Rembang nyaris menjadi korban penipuan berkedok sosialisasi. Hal itu setelah instansi tersebut menerima surat undangan dari pihak yang mengaku dari Perpustakaan Nasional atau Perpusnas, namun ternyata palsu.
Menurut Kepala Pustasip Rembang Edi Winarno, mulanya, kantor menerima telepon dari seseorang yang mengaku petugas di Perpusnas. Penelepon lalu meminta nomor faksimile untuk mengirim undangan. Begitu nomor faks dikirim, surat undangan berikut lampiran kegiatan sosialisasi, langsung diterima.
Namun pihaknya terkejut dengan isi surat itu. Setiap peserta yang diundang disebut akan dibantu uang transportasi dan akomodasi dari APBN. Bantuan ini tidak lazim dalam urusan dinas. Dia pun mulai curiga setelah mengubungi balik kontak person di undangan. Edi mengaku dimintai nomor rekening bank.
“Awalnya ditelepon. Bilang dari Perpusnas. Lalu minta nomor faks. Kita kasih, lalu kita terima undangan. Saya baca. Agak terkejut karena disebutkan tiap peserta dapat bantuan transpor dan akomodasi. Saya lalu telepon nomor kontak personnya. Kita registrasi, tetapi ditanyai nomor rekening,” bebernya.
Begitu memberikan nomor rekening bank, Edi kembali ditanya tentang jarak antara kantornya dengan bank. Dia pun mengatakan, hanya butuh waktu 15 menit, sehingga penelepon mematikan sambungan percakapan.
Namun sebelum menutup telepon, Edi diwanti-wanti agar kontak lagi begitu sampai di bank. Dia yang makin curiga, memilih menunda datang ke bank. Edi mengubungi salah satu narasumber yang tercantum di undangan. Ternyata, narasumber itu tidak pernah dikontak Perpusnas untuk hadir di acara tersebut.
Untuk lebih meyakinkan, Edi juga mengontak nomor Perpusnas yang biasa menghubungi Kantor Pustasip Rembang. Akhirnya diketahui acara sosialisasi itu palsu dan undangan tersebut abal-abal alias modus penipuan.
“Tanya nomor rekening ya kami kasih. Setelah itu ditanya, jarak kantor ke bank. Saya jawab, perjalanan sekitar 15 menit. Kami ada rekening BRI. Dibilang ‘oke’, nanti kalau sampai bank agar dikabari untuk dituntun kaitannya transfer dari sana. Saya curiga. Tanya-tanya ke Perpusnas, ternyata palsu,” ungkapnya
Atas kejadian itu, dia mengajak SKPD lain agar lebih waspada. Sebab, bisa jadi modus penipuan semacam ini akan menimpa instansi baik di level Pemkab atau kecamatan, bahkan desa. Kuncinya, menurut dia, jangan mudah percaya dan lakukan kroscek.
Belum lama ini, kasus yang sama juga pernah dialami oleh seorang pelaku usaha mikro di Purworejo Kecamatan Kaliori. Yang bersangkutan diundang oleh Kementerian Perindustrian untuk mengikuti pelatihan di Jakarta dengan iming-iming uang saku, tetapi ternyata modus penipuan dan pengundangnya palsu.
Penulis: Pujianto
Editor: Pujianto
Tinggalkan Balasan