Petani Bawang Merah Kewalahan Perangi Hama Ulat

Sabtu, 20 Juni 2015 | 16:03 WIB
Foto petani Mijan menunjukkan ulat grayak yang menyerang tanaman bawang merah. (Foto:Pujianto)

Foto petani Mijan menunjukkan ulat grayak yang menyerang tanaman bawang merah. (Foto:Pujianto)

 
KALIORI, mataairradio.com – Para petani bawang merah di wilayah Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang sedang kewalahan memerangi hama ulat yang menyerang tanaman mereka dalam seminggu terakhir.

Menurut Sutrisno, petani bawang merah asal Desa Kuangsan, hama ulat yang menyerang itu jenis grayak. Ulat berwarna hijau ini sulit diatasi karena pintar sembunyi di dalam lempitan daun bawang. Tetapi Sutrisno memiliki cara khusus, yakni memberantas ulat pada malam hari.

Hasilnya, serangan hama memang tidak langsung reda, tetapi lumayan berkurang. Tahun ini, ada banyak petani di Desa Kuangsan menanam bawang merah, seiring larangan menanam tembakau di wilayah Kecamatan Kaliori.

“Ya memang kewalahan. Tetapi mulai bisa diatasi. Ulat grayaknya kami semprot kalau malam. Biasanya kalau malam keluar dari gulungan daun. Kalau tidak segera diatasi, ya mati,” katanya.

Mijan, petani bawang merah lainnya di desa itu menunjukkan ulat grayak yang menyerang tanamannya. Ukurannya relatif kecil, berwarna hijau, dan pintar sembunyi di dalam gulungan daun bawang merah. Hal itu pula yang diakuinya menjadikan petani sulit mengatasi hama tersebut.

Menurutnya, hama ulat grayak dipicu oleh serangan klaper sebelumnya. Serangan sudah berlangsung dalam seminggu ini. Dampak serangan sudah mulai terlihat, yakni daun bawang menjadi layu dan kering atau habis. Jika sudah begitu, umbi bawang merah akan berhenti mengisi.

Ukuran bawang pun menjadi kerdil alias tidak bisa besar. Untungnya, tanaman bawang merah milik Mijan, sudah akan bisa dipanen, sekitar 15 hari lagi. Ia mengaku menanam bawang merah di dua petak lahan seluas hampir seperempat hektare.

“Sebenarnya 15 hari lagi panen. Tetapi hasilnya mungkin ya jadi kurang maksimal karena diserang ulat. Baru menyerang seminggu ini, sehingga umbinya isi tidak maksimal,” katanya.

Sementara itu, harga bawang merah di pasar tradisional Rembang pada hari Sabtu (20/6/2015) ini anjlok menjadi tinggal Rp18.000 per kilogram untuk jenis campur besar-kecil. Padahal dua minggu sebelum Ramadhan, harganya masih menjulang Rp30.000 per kilogram.

Menurut petani, agresifnya serangan hama ulat grayak dan anjloknya harga bawang merah di pasaran, membuat mereka berpotensi rugi besar. Sebab harga bibitnya saja Rp34.000 per kilogram. Belum lagi, ongkos perawatannya.

 

Penulis: Pujianto
Editor: Pujianto




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan