Perajin Sapu Kenongo Butuh Kehadiran Koperasi

Sabtu, 12 Juli 2014 | 16:06 WIB
Serabut kelapa yang merupakan bahan untuk membuat kerajinan sapu  di Desa Kenongo Kecamatan Sedan. (Foto:Pujianto)

Serabut kelapa yang merupakan bahan untuk membuat kerajinan sapu di Desa Kenongo Kecamatan Sedan. (Foto:Pujianto)

SEDAN, MataAirRadio.net – Para perajin sapu berbahan serabut kelapa di Desa Kenongo Kecamatan Sedan mulai membutuhkan kehadiran unit usaha koperasi di daerahnya. Koperasi ini diharapkan bisa menampung produk kerajinan mereka agar omzet penjualan mereka tidak mudah terjun bebas seperti sekarang.

Mereka juga mengaku kesulitan menaikkan harga jual sapu, padahal dari sisi bahan baku misalnya serabut kelapa, harganya sudah lumayan tinggi dan mulai sulit didapat. Penghasilan per hari mereka pun sulit beranjak dari Rp20.000 atau masih jauh dari layak.

Sofiatun, salah satu perajin mengaku mengalami penurunan tingkat penjualan sapu dari 20-30 gagang menjadi hanya 10-15 gagang per hari. Menurut Sofi, penurunan ini bukan lantaran produknya kalah bersaing, melainkan tidak adanya keseragaman harga dan dipasarkan secara sendiri-sendiri.

Wasiati, perajin lainnya di Dusun Sulo Geneng desa itu menambahkan, harga sapu memang sulit naik. Dia biasa menjual sapu sepet garapan biasa, dengan harga Rp1.500 per gagang atau naik Rp150 dari harga di tahun lalu. Disebut garapan biasa karena tidak ada tambahan pernak pernik seperti gagang bercat atau pangkalnya dibalut kain perca.

Sementara untuk sapu serabut kelapa yang digarap rapi dan ada sentuhan kreatif, perajin menjualnya mulai harga Rp5.000 hingga Rp10.000 per gagang. Dia juga membenarkan, penghasilan dari membuat sapu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pihaknya butuh semacam koperasi, agar harga sapu terjamin.

Soal bahan baku serabut kelapa, perajin kecil biasanya membeli secara patungan, satu pikap untuk dua orang. Harga selimut kelapa ini mencapai Rp300 ribu per pikap. Mereka mendapatkannya dari berbagai daerah di Kecamatan Sedan dan Sarang serta Pamotan.

Sumadi, perajin lainnya menganggap, perkembangan para pembuat sapu serabut kelapa di Desa Kenongo, cenderung diumbar. Nyaris tidak ada perhatian dari Pemkab Rembang terhadap perajin. Misalnya untuk memproses selimut kelapa menjadi serabut yang lebih halus, perajin hanya mengandalkan palu.

Selain itu, dari sisi arahan untuk membuat produk dengan nilai ekonomis lebih tinggi, juga jarang dilakukan. Sementara untuk kampung dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai perajin sapu, tidak ada prasasti atau semacam gapura selamat datang untuk menambah kebanggaan perajin. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan