Tingkat Kematian ODHA di Rembang Tinggi

Senin, 1 Desember 2014 | 17:08 WIB
Kampanye setop HI-AIDS di sepanjang Jalan Gajahmada Rembang, Senin (1/12/2014). (Foto:Pujianto)

Kampanye setop HI-AIDS di sepanjang Jalan Gajahmada Rembang, Senin (1/12/2014). (Foto:Pujianto)

 

REMBANG, mataairradio.com – Tingkat kematian orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Kabupaten Rembang terbilang tinggi. Lebih separuh penderita HIV -AIDS meninggal dunia dari rentetan kasus yang ditemukan sejak 2004.

Koordinator Rumah Matahari Ari Subekti mengaku sempat mendampingi 124 orang dengan HIV-AIDS di Kabupaten Rembang. Namun hingga November kemarin, tinggal 49 orang yang masih hidup atau sudah 75 orang yang mati.

Menurutnya, tingginya angka kematian ODHA di Rembang antara lain menunjukkan adanya hambatan akses obat dan rendahnya pemahaman mengenai HIV-AIDS.

“Yang pertama karena akses obat. Yang kedua soal pemahaman. Rata-rata, pengidap HIV di Rembang baru diketahui ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Saat dilakukan tes darah, barulah diketahui yang bersangkutan positif HIV,” ujarnya kepada mataairradio.com.

Terhadap akses obat, pihaknya berharap agar Pemkab Rembang berupaya mendekatkannya dengan ODHA. Selama ini, obat antiretroviral bagi penderita AIDS terbatas didapatkan paling dekat di RSAA Soewondo Pati.

“Kami juga berharap agar pemahaman tentang Voluntary Counseling Test (VCT) digencarkan. Masyarakat perlu didorong untuk memeriksakan diri secara sukarela agar penanganan HIV bisa dilakukan sejak dini,” tandasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Rembang Ali Syofii mengaku sudah berulang kali melayangkan surat kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah agar layanan obat antiretroviral bisa dilayani di RSUD dr R Soetrasno Rembang.

“Tahun ini, kita pun kembali menyurati provinsi soal layanan obat bagi penderita HIV-AIDS, agar tidak lagi diakses di Pati, tetapi bisa di Rembang. Namun belum ada jawaban. Kita berharap, tahun depan (2015), permintaan kami bisa dipenuhi,” katanya.

Dia menjelaskan, pengambilan obat antiretroviral bagi pengidap HIV dan penderita AIDS ke Pati, saat sekarang dilakukan secara kolektif melalui Konselor Dukungan Sebaya (KDS) Sasono Suryo Rembang.

“Kita tidak memberikan dana khusus bagi pengidap HIV atau penderita AIDS untuk ongkos transportasi pengambilan obat ke Pati. Kita ambil kolektif via KDS. Dari KDS ini, nantinya didistribusikan kepada penderita yang bersangkutan,” katanya.

Ali juga mengatakan, angka kematian ODHA di Rembang cukup tinggi. Dinasnya mencatat, sejak 2004 hingga Oktober 2014, ada sebanyak 190 penderita AIDS di Rembang. Sebanyak 97 orang penderita di antaranya telah meninggal dunia.

Diungkapkannya pula, apabila tahun lalu, angka penderita AIDS ditemukan paling tinggi di wilayah Kecamatan Sale, maka di tahun ini ada temuan signifikan terhadap pengidap HIV di dua kecamatan di Rembang yakni Lasem dan Kragan.

“Kami terus lakukan upaya pencegahan terjadinya penularan HIV pada perempuan di usia reproduksi melalui prinsip ABCD, yaitu Absen seks, Bersikap saling setia, Cegah dengan kondom, Dilarang menggunakan Napza,” tandasnya.

Paramita Prapanca Aswari Nurul Rahajeng, Anggota Komisi D DPRD Rembang berharap kepada ODHA di kabupaten ini mulai membuka diri dan ikut serta bersama-sama menanggulangi HIV-AIDS.

“ODHA adalah bagian dari kita yang memiliki hak yang sama dan hidup layak. Kami akan terus mengusahakan dan komunikasi intens dengan pihak terkait yang menangani pengobatan dan penyediaan obat untuk ODHA agar Rembang juga bisa menyediakan obat antiretroviral sendiri tanpa ke Pati,” katanya.

 

Penulis: Pujianto
Editor: Pujianto




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan