Hasil Klarifikasi Warga Sudutkan Kades Bonang

Senin, 16 Juni 2014 | 16:09 WIB
Ismanto (kanan) dan ayahnya saat ditanyai salah satu anggota tim dari Inspektorat Kabupaten Rembang, Senin (16/6) pagi. (Foto: Pujianto)

Ismanto (kanan) dan ayahnya saat ditanyai salah satu anggota tim dari Inspektorat Kabupaten Rembang, Senin (16/6) pagi. (Foto: Pujianto)

LASEM, MataAirRadio.net – Tim dari Inspektorat Kabupaten Rembang melakukan klarifikasi lapangan pada kasus dugaan penyelewengan Kepala Desa Bonang, Senin (16/6) pagi. Hasil klarifikasi terhadap setidaknya tujuh orang warga ini semakin menyudutkan Kades Bonang Syaiful Shodikin.

Tim Inspektorat melakukan klarifikasi secara tertutup di Balai Desa Bonang di tepi Jalan Raya Lasem-Tuban. Sejumlah warga yang diminta keterangannya antara lain pengurus kelompok tani, penghuni tanah bengkok bayan, dan warga yang merasa ditarik pungutan liar oleh kades.

Sri Subianti, salah satu warga yang ditemui seusai diklarifikasi mengaku pernah ditarik uang seribu rupiah saat mengambil kartu Jamkesmas. Karena di keluarganya, ada empat orang, dia pun diminta membayar empat ribu rupiah. Dia pun sempat protes, tetapi kades membencinya.

Setiap kali bertemu, Kades tidak mau menegur ketika disapanya. Menurut Subianti, sebagai Bapak di desa, Kades Bonang mestinya berlaku profesional. Jangan membeda-bedakan warga, apalagi sebagai Pemimpin Desa, dia mengaku menghormati kades.

Ismanto, warga lainnya yang dikonfirmasi mengakui telah memanfaatkan lahan bengkok bayan untuk mendirikan musala. Namun dilihat dari fisik bangunan, musala itu lebih tampak seperti rumah tinggal. Ismanto juga mengakui, tidak ada larangan dari pihak desa saat dirinya mulai membangun.

Pria yang datang dengan mengenakan sarung dan berpeci ini menyebut tak akan mempermasalahkan jika nantinya bangunan itu digusur. Ia menyebut pula bahwa bangunan itu tidak permanen, meski terbuat dari tembok dan tanpa cungkup layaknya musala.

Ismanto menegaskan, saat membangun musala itu dirinya tidak meminta izin kepada pihak desa. Padahal dia tahu, tanah itu bukan haknya dan karena milik desa, mestinya “kula nuwun” kepada Kepala Desa. Merasa tidak ditegur Kades, dia pun membangunnya begitu saja.

Ashari, Kaur Pemerintahan Desa Bonang menyebut cara Kades Syaiful Shodikin memimpin warga, kurang pas. Acap kali, kegiatan di desanya dilakukan tanpa adanya rembug atau musyawarah desa. 1.491 warga di Desa Bonang, disebut sudah lama memperbincangkan tingkah Kades yang dianggap nakal.

Ashari pun mengungkapkan, pelelangan tanah bekas bengkok sekdes, juga tak melalui musyawarah dengan perangkat yang notabene bagian dari Pemerintah Desa. Saat ini, uang hasil pelelangan bengkok ini tak jelas. Dia mengaku mendukung langkah warga yang menginginkan desa lebih baik. (Pujianto)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi mataairradio.com. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan